Rabu, 22 Oktober 2008

Coach (Eyang) Misranto



Penuturan Ayah Bambang Pamungkas

Melatih untuk ''Perpanjang Umur''

BAKTI Bambang Pamungkas terhadap orang tuanya antara lain diwujudkan dengan mengirimkan sebagian penghasilannya secara rutin dari Malaysia. Kiriman uang tiap bulan pun tidak pernah terlambat. Tak jarang dia juga menelepon orang tuanya, meski hanya untuk menanyakan keadaan mereka. Hal itu membuat hidup Haji Misranto dan istrinya semakin tenang.
Namun, sebagai orang sepak bola, Misranto yang pensiunan PTP XVIII Getas Kabupaten Semarang (Sekarang PTP Nusantara IX Getas) tidak bisa berlama-lama diam di rumah. Rumput lapangan seakan terus mengundang jiwanya untuk hadir. Orang yang mempunyai sertifikat kepelatihan S2 ini pun akhirnya memutuskan tetap melatih walau hidupnya sudah berkecukupan.
Apacinti menjadi sasaran utamanya. Hal itu tidak lepas dari faktor sejarah kesuksesan anaknya. Klub ini ikut berperan membesarkan striker itu.
''Bagi pensiunan seperti saya ini, melatih hanya untuk mencari kesibukan. Istilahnya, untuk 'memperpanjang umur'. Jadi, tidak semata-mata mencari uang,'' ungkap mantan pelatih GT One Getas ini.
Keberadaan Misranto di PPLP Apacinti mempunyai daya tarik tersendiri bagi pemain-pemain muda. Nyatanya, PPLP yang baru berdiri 2001 ini banyak diminati. Bisa jadi, mereka ingin mengikuti sukses Bambang yang waktu kecil dipoles sendiri oleh Misranto.
Kebetulan pada 1999/2000, nama Bambang Pamungkas mulai meroket dalam Kompetisi Liga Indonesia VI. Sebagai striker Persija Jakarta Pusat, pemain yang akrab disapa BP itu sangat produktif. 24 gol yang berhasil disumbangkan pada tim berjuluk Macan Kemayoran itu menobatkan dirinya sebagai top scorer.
Setahun kemudian, dalam Liga Indonesia VII 2001, namanya semakin melejit. BP tidak hanya mampu membawa Macan Kemayoran menjadi kampiun, tapi dia juga terpilih sebagai pemain terbaik. Kesuksesan Bambang saat itulah yang turut mendongkrak nama PPLP Apacinti di kancah sepak bola nasional sehingga banyak diminati pemain-pemain muda. Mereka tidak sebatas pemain dari Jateng saja, tapi juga dari dareah lain seperti Magetan, Ngawi, dan Nganjuk. Bahkan, ada yang berasal dari Kalimantan.
''Antusiasme pemain yang ingin masuk Apacinti saat itu sangat besar. Saya tidak tahu apakah ini karena kesuksesan Bambang di Liga Indonesia. Yang jelas, cukup menyenangkan melatih pemain-pemain muda yang punya semangat dan motivasi tinggi,'' tuturnya.
Usia PPLP Apacinti memang belum genap lima tahun. Namun, kegairahan pemain-pemain PPLP yang dibina di Desa Kadirejo Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang ini sangat tinggi seiring dengan prestasi yang ditorehkan putra Misrianto. Tak heran, PPLP tersebut berkembang pesat dan prestasinya melejit baik di tingkat Jawa Tengah maupun nasional.
Hasil tersebut cukup membanggakan, mengingat, Apacinti merupakan satu-satunya klub di Indonesia yang mampu bersaing dengan tim eks perserikatan yang dananya diambilkan dari APBD setempat. Sedangkan dana Apacinti murni dari perusahaan dan orang tua pemain.
''Kalau ada kompetisi, semua biaya ditanggung perusahaan. Untuk biaya sehari-hari ditanggung oleh orang tua masing-masing. Perusahaan hanya membiayai sarana latihan dan biaya sekolah mereka,'' jelas Kusnadi, Manajer Apacinti.
Antusiasme pemain yang sangat tinggi tersebut membuat cara penerimaan siswa mulai diperketat lewat seleksi. Tinggi badan pemain kelahiran 1990 - 1991 minimal harus 168 cm. Hal itu dimaksudkan agar saat memasuki usia senior nanti mereka sudah memiliki postur minimal 175 cm.
Hasil pembinaan pun mulai terlihat. Muncul antara lain Johan Prasetyo dan Suswanto yang sekarang membela Persik Kediri dan tergabung dalam Timnas U-23, disusul Galih Sudaryono dan Vava Ardila di timnas U-20, serta Toni Iswanto di timnas U-17.
Bagi pemain yang punya bakat, mereka ditampung di perusahaan. Dijadikan karyawan Apacinti, tetapi kerjanya hanya main bola.
Sekarang ini ada 18 pemain pratama dan 22 pemain yunior yang sudah ditanggung PT Apacinti Corpora.
''18 pemain pratama itu akan disiapkan untuk ikut kompetisi Divisi III Jateng. Tahun depan Apacinti akan come back,'' tandasnya. (Mundaru Karya, Budi Winarto-22)

Sumber : Suara Merdeka - Kamis, 13 Oktober 2005